Nostalgik bicarawara
Zaim abdullah
Bersujud kepadaMu hiasan hati sebenarnya
Membuka lembaran hati bersama harapan
Memohon kurnia cahaya cintaMu
Pemberi pedoman hidup duniawi.
Dikala ambang gelombang terakhir
Mula menonjol apa yang harus ditonjol
Makin hayut si sampan ke muara lecak.
Kemana sampan itu akan berlabuh
Andai sungai itu makin tercemar
Sampah makin hari makin mengotori haluanya.
Sampan kian reput tanpa pedoman
Susuli sungai bernoktah dihujungnya
Kelibat si ikan-ikan bagai patung
Mampu berenang, siripnya rabak.
Angkara siapa, jika bukan kita
Baham segala noda-noda
Ratah semangat jua impian
Rosak dinding angan-angan
Pulau ini milik kita,
Air dari sungai itu yang mengalir
Namun isinya hampa
Salah siapa, usah kau bertanya.
.
No comments:
Post a Comment